Halaman

Sabtu, 08 September 2012

Kangkung Bukan Sayur Penyebab Kantuk


Mitos yang menyatakan kangkung merupakan sayuran yang dapat menyebabkan kantuk sebenarnya terlalu berlebihan. Saat ini belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan kangkung dapat menyebabkan kantuk. Kenyataan yang ada, kandungan zat besi yang tinggi pada kangkung dapat membuat konsentrasi otak menjadi meningkat. Zat besi merupakan komponen terpenting dalam pembuatan sel-sel darah merah. Dengan meningkatnya produksi sel-sel darah merah, aliran oksigen ke seluruh tubuh, terutama ke otak, ikut meningkat sehingga membuat tubuh menjadi lebih segar dan bugar.
Kangkung memang mengandung komponen kimia yang bersifat sedative (penenang). Komponen tersebut dapat membuat pikiran orang yang mengonsumsinya menjadi tenang, sehingga berpotensi mudah untuk ngantuk. Tetapi hal tersebut tidak dapat menjadi acuan untuk membuktikan kangkung merupakan obat tidur yang baik karena respon seseorang terhadap zat sedatif tersebut berbeda-beda. Seseorang bisa saja mudah ngantuk dengan mengonsumsi lima sendok makan kangkung. Tetapi orang lain masih bisa tetap bugar setelah mengonsumsi sepiring cah kangkung.
Sebenarnya hampir semua lauk yang kita makan mengandung komponen gizi yang berpotensi membuat kita mudah ngantuk dan tertidur. Terutama makanan yang kaya akan vitamin B kompleks, kalsium, selenium, asam lemak omega-3, seng, dan magnesium. Berbagai macam jeroan, kacang-kacangan, kerang, telur, dan susu dapat menjadi faktor utama penyebab ngantuk. Makanan yang kaya akan asam folat seperti asparagus, brokoli, kembang kol, dan bit juga memiliki potensi untuk membuat orang tertidur tenang.


Tumbuhan yang saya tidak tahu namanya, sejenis terung, yang saya lihat di daerah Sibolangit

Rekayasa Genetika Herbisida

Rekayasa Genetika

Perkembangan dan kemajuan yang dicapai dalam bidang biologi molekuler telah melahirkan dan berkembangnya teknologi rekombinan DNA atau yang dikenal dengan sebutan rekayasa genetikRekayasa genetik atau rekombinan DNA  adalah suatu kumpulan teknik-teknik eksperimental yang memungkinkan peneliti untuk mengisolasi, mengidentifiksi dan melipatgandaan suatu fragmen dari material genetik (DNA) dalam bentuk murninya.  Manipulasi-manipulasi tersebut dilakukan secara in vitro dengan menggunakan material-material biologi
Penggunaan kultur jaringan untuk pembiakan  klonal didasarkan pada  anggapan bahwa jaringan secara genetik tetap stabil jika dipisahkan dari tumbuhan induk dan ditempatkan dalam kultur.  Pendapat ini sebahagian besar berlaku jika tumbuhan dibiakkan dengan kuncup ketiak atau tunas liar yang secara langsung dipisahkan dari tanaman.  Walaupun demikian, apabila tunas terbentuk dari jaringan kalus, sering terjadi penyimpangan (Chaleff, 1984).
Protoplas sel totipoten tanpa dinding sel dapat dihasilkan dengan mudah dan telah dirancang  suatu metode untuk menumbuhkannya menjadi jaringan kalus dan dilanjutkan menjadi tanaman kecil yang dapat dikembangbiakan secara konvensional.  Protoplas dapat dipisahkan dari jaringan tanaman, termasuk akar, daun, buah, serbuk sari, bintil akar kacangan, organ penyimpanan dan jaringan kalus.  Jaringan daun sering digunakan karena hasil protoplas dari sumber ini cukup tinggi dan seragam.  Protoplas sering menghasilkan jaringan kalus yang kemudian dari kalus ini diregenerasikan suatu  tumbuhan yang lengkap.  Sayangnya, keberhasilan metoda ini kecil peluangnya  untuk tanaman kacang-kacangan dan padi-padian.  Belakangan ini kemungkinan tanaman Medicago sativa (Alfafa)  untuk beregenerasi dari protoplasma menjadi tumbuhan lengkap peluangnya  cukup tinggi dalam kondisi pertumbuhan yang relatif sederhana.  Hal ini memberi petunjuk penting bahwa usaha dibidang kacang-kacangan akan dapat berkembang lebih cepat.   Sebegitu jauh kita masih belum mampu untuk mengembangkan tumbuhan dari jenis padi-padian dan kacang-kacangan melalui pertumbuhan protoplasma.
Manfaat penting dari protoplasma dalam pemuliaaan tanaman terletak pada beberapa sifatnya, yaitu : (1)  protoplas dapat dihasilkan dan disaring untuk membentuk banyak variasi. Meskipun protoplas yang terbentuk secara genetik bersifat homogen, tetapi kalus yang merupakan keturunannya dapat menjadi tanaman yang menunjukan perbedaan  sifat-sifat yang cukup besar , (2)  tidak adanya dinding sel memudahkan fusi antara protoplas dan dengan demikian mengawali terjadinya pembastaran. Fakta bahwa fusi dapat terjadi antara sel somatik yang bersifat diploid yang memungkinkan   pemulia tanaman merancang suatu teknik dengan baik,  (3) tidak adanya dinding sel juga memudahkan penyerapan DNA, sebagai fragmen atau plasmid yang berasal dari bakteri, untuk menghasilkan tanaman dengan sifat-sifat yang baru sama sekali. Meskipun tanaman yang diperbanyak secara vegetatif (klon) umumnya mirip induknya, tetapi tidak berarti, bahwa semua klon secara genetik bersifat serupa. Klon yang berbeda secara nyata dari induknya dapat terjadi, dan dikenal sebagai varian somatik dan merupakan hasil perubahan genetik pada sel merismatik yang menghasilkan semua atau sebagian tumbuhan baru. Dalam hal-hal tertentu varian somatik  dapat menjadi varietas baru yang penting, misalnya pada jeruk manis. Beberapa mekanisme genetik dapat menyebabkan terjadinya variasi somatik, antara lain : perubahan jumlah kromosom dalam inti, mutasi gen tunggal, seperti kloroplas dan mitokondria. 

Jumat, 20 Juli 2012

SISTEM REPRODUKSI PADA HEWAN


Reproduksi pada hewan dapat terjadi secara aseksual dan seksual. Proses reproduksi aseksual tidak berkaitan dengan proses pembentukan gamet. Reproduksi aseksual dapat berlangsung dengan cara pembelahan, fragmentasi, atau budding/bertunas.
Reproduksi dengan pembelahan sel antara lain terjadi pada Protozoa dan Amoeba. Apabila proses pembelahan menghasilkan sel anakan yang sama besarnya, proses ini disebut pembelahan biner. Pada pembelahan biner terjadi pembelahan kromosom secara mitosis.
 Fragmentasi merupakan pembelahan  yang menghasilkan sel anakan yang besaarnya tidak sama. Proses fragmentasi akan memberikan hasil pembagian (individu baru) yang tidak mempunyai struktur tertentu. Contoh, pembelahan yang terjadi pada Hydra dan Poliseta. Aurelia melakukan fragmentai dengan cara membentuk medusa.
Budding atau bertunas merupakkan proses pembentukan individu baru yang biasanya dimaksudkan untuk menambah koloni. Bertunas sulit dibedakan dari fragmentasi. Dalam hal ini, tunas yang terbentuk berukuran kecil dari pada induknya, terletak di samping dan dibentuk dari sekelompok embrional.
Reproduksi seksual dicirikan dengan bersatunya gamet jantan dan gamet betina melalui proses fertilisasi. Akan tetapi, kadang-kadang pembentukan gamet tidak terjadi. Hal ini tampak pada peristiwa parthenogenesis. Dalam peristiwa parthenogenesis, individu baru terbentuk dari telur atau sperma tanpa peran dan sel benih dari sel jenisnya.
Dalam peristiwa lainnya, sperma mengaktivasi ovum untuk  membelah, tetapi tidak ikut menyumbangkan materi genetik. Peristiwa ini disebut ginogenesis. dalam ginigenesis, embrio hanya membawa kromosom induk betina. Kebalikan dari peristiwa ginogenesis adalah androgenesis. 

Sistem Endokrin pada Hewan

 Sistem endokrin disebut juga sistem kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin disebut hormon. Hormon berasal dari kata hormaein yang artinya “membangkitkan”. Hormon berperan dalam mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh.
Ciri-ciri hormon:
1.    Hormon diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar endokrin dalam jumlah yang sangat kecil.
2.    Hormon diangkut oleh darah menuju sel (jaringan target).
3.    Hormon mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat di sel target.
4.    Hormon mempunyai pengaruh menngaktifkan enzim khusus.
5.    Hormon mempunyai pengaruh tidak hanya terhadap satu sel target, tapi juga dapat mempengaruhi beberapa sel target yang berlainan.

Klasifikasi Hormon
No
Susunan Kimia
Nama Hormon
Nama Kelenjar
1.
Amin
Adrenalin, Noradrenalin, Tiroksin, Triyodotirosin, FSH, LH, TSH, ACTH, Prolaktin
Medulla Adrenal, Tiroid, Hipofisa Anterior
2.
Peptida dan Protein
GH (Hormon pertumbuhan), ADH, Oksitosin Parathormon, Kalsitonin, Insulin, Glikagon, Gastrin, Sekretin.
Hipofisa Anterior, Paratiroid, Tiroid, Pankreas, Mukosa Duodenum
3.
Steroid
Testosteron, Estrogen, Progesteron, Kortikosteroid
Testes, Ovarium/Plasenta Korteks Adrenal
4.
Asam Lemak
Prostaglandin
Vesikel seminal dan sel-sel lain.

Senin, 16 Juli 2012

Landasan Pengembangan Kurikulum


1.    Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikulum
Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata philos yang berarti cinta yang mendalam dan sophia yang berarti kearifan atau kebijaksanaan. Secara harfiah filsafat dapat diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan. Secara popular filsafat sering diartikan sebagai pandangan hidup suatu masyarakat atau pendirian hidup bagi individu.
Sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang suatu peranan penting dalam proses pengembangan kurikulum. Ada 4 fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum. Pertama, filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan. Dengan filsafat sebagai pandangan hidup atau value system, maka dapat ditentukan mau dibawa kemana siswa yang kita didik itu. Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Filsafat sebagai sistem nilai dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran. Keempat, melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolok ukur keberhasilan proses pendidikan.
a.    Filsafat dan Tujuan Pendidikan
Dalam arti luas pendidikan dapat diartikan sebagai sebagai proses pengembangan semua aspek kepribadian manusia, baik aspek pengetahuan, nilai dan sikap, maupun keterampilan. Hummel (1977), mengemukakan tiga hal yang harus diperrhatikan dalam mengembangkan tujuan pendidikan, yaitu:
1)      Autonomy. Gives individuals and groups the maximum awareness, knowledge and ability so that they can manage they personal and collective life to the greatest possible extent.
2)      Equity. Enable all citizens to participate in cultural and conomic life by coffering then an equal basic education.
3)      Survival. Permit every nation to transmit and enrich tis cultural heritage over the generation, but also guide education towards what has become a worldwide realizations of common destiny.

Senin, 27 Juni 2011

10 Kompetensi Guru


ADAPUN 10 KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI SEORANG GURU ADALAH

1.     Menguasai bahan: menyangkut materi, disiplin ilmu pengetahuan yang akan kita pelajari.
2.     Mengelola program pembelajaran, meliputi:
· Tujuan Pembelajaran
· Tujuan Pembelajaran Khusus
· Strategi Pembelajaran
· Media Pembelajaran
· Evaluasi
3.     Mengelola kelas.
4.     Menggunakan media
5.     Menguasai landasan pendidikan
6.     Mengelola interaksi belajar mengajar
7.     Menilai prestasi siswa.
8.     Mengelola bimbingan dan penyuluhan.
9.     Mengenal dan mampu menyelenggarakan administrasi sekolah.
10   Menguasai prinsip-prinsip penelitian