Halaman

Jumat, 20 Juli 2012

SISTEM REPRODUKSI PADA HEWAN


Reproduksi pada hewan dapat terjadi secara aseksual dan seksual. Proses reproduksi aseksual tidak berkaitan dengan proses pembentukan gamet. Reproduksi aseksual dapat berlangsung dengan cara pembelahan, fragmentasi, atau budding/bertunas.
Reproduksi dengan pembelahan sel antara lain terjadi pada Protozoa dan Amoeba. Apabila proses pembelahan menghasilkan sel anakan yang sama besarnya, proses ini disebut pembelahan biner. Pada pembelahan biner terjadi pembelahan kromosom secara mitosis.
 Fragmentasi merupakan pembelahan  yang menghasilkan sel anakan yang besaarnya tidak sama. Proses fragmentasi akan memberikan hasil pembagian (individu baru) yang tidak mempunyai struktur tertentu. Contoh, pembelahan yang terjadi pada Hydra dan Poliseta. Aurelia melakukan fragmentai dengan cara membentuk medusa.
Budding atau bertunas merupakkan proses pembentukan individu baru yang biasanya dimaksudkan untuk menambah koloni. Bertunas sulit dibedakan dari fragmentasi. Dalam hal ini, tunas yang terbentuk berukuran kecil dari pada induknya, terletak di samping dan dibentuk dari sekelompok embrional.
Reproduksi seksual dicirikan dengan bersatunya gamet jantan dan gamet betina melalui proses fertilisasi. Akan tetapi, kadang-kadang pembentukan gamet tidak terjadi. Hal ini tampak pada peristiwa parthenogenesis. Dalam peristiwa parthenogenesis, individu baru terbentuk dari telur atau sperma tanpa peran dan sel benih dari sel jenisnya.
Dalam peristiwa lainnya, sperma mengaktivasi ovum untuk  membelah, tetapi tidak ikut menyumbangkan materi genetik. Peristiwa ini disebut ginogenesis. dalam ginigenesis, embrio hanya membawa kromosom induk betina. Kebalikan dari peristiwa ginogenesis adalah androgenesis. 

Sistem Endokrin pada Hewan

 Sistem endokrin disebut juga sistem kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin disebut hormon. Hormon berasal dari kata hormaein yang artinya “membangkitkan”. Hormon berperan dalam mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh.
Ciri-ciri hormon:
1.    Hormon diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar endokrin dalam jumlah yang sangat kecil.
2.    Hormon diangkut oleh darah menuju sel (jaringan target).
3.    Hormon mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat di sel target.
4.    Hormon mempunyai pengaruh menngaktifkan enzim khusus.
5.    Hormon mempunyai pengaruh tidak hanya terhadap satu sel target, tapi juga dapat mempengaruhi beberapa sel target yang berlainan.

Klasifikasi Hormon
No
Susunan Kimia
Nama Hormon
Nama Kelenjar
1.
Amin
Adrenalin, Noradrenalin, Tiroksin, Triyodotirosin, FSH, LH, TSH, ACTH, Prolaktin
Medulla Adrenal, Tiroid, Hipofisa Anterior
2.
Peptida dan Protein
GH (Hormon pertumbuhan), ADH, Oksitosin Parathormon, Kalsitonin, Insulin, Glikagon, Gastrin, Sekretin.
Hipofisa Anterior, Paratiroid, Tiroid, Pankreas, Mukosa Duodenum
3.
Steroid
Testosteron, Estrogen, Progesteron, Kortikosteroid
Testes, Ovarium/Plasenta Korteks Adrenal
4.
Asam Lemak
Prostaglandin
Vesikel seminal dan sel-sel lain.

Senin, 16 Juli 2012

Landasan Pengembangan Kurikulum


1.    Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikulum
Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata philos yang berarti cinta yang mendalam dan sophia yang berarti kearifan atau kebijaksanaan. Secara harfiah filsafat dapat diartikan sebagai cinta yang mendalam akan kearifan. Secara popular filsafat sering diartikan sebagai pandangan hidup suatu masyarakat atau pendirian hidup bagi individu.
Sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang suatu peranan penting dalam proses pengembangan kurikulum. Ada 4 fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum. Pertama, filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan. Dengan filsafat sebagai pandangan hidup atau value system, maka dapat ditentukan mau dibawa kemana siswa yang kita didik itu. Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Filsafat sebagai sistem nilai dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran. Keempat, melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolok ukur keberhasilan proses pendidikan.
a.    Filsafat dan Tujuan Pendidikan
Dalam arti luas pendidikan dapat diartikan sebagai sebagai proses pengembangan semua aspek kepribadian manusia, baik aspek pengetahuan, nilai dan sikap, maupun keterampilan. Hummel (1977), mengemukakan tiga hal yang harus diperrhatikan dalam mengembangkan tujuan pendidikan, yaitu:
1)      Autonomy. Gives individuals and groups the maximum awareness, knowledge and ability so that they can manage they personal and collective life to the greatest possible extent.
2)      Equity. Enable all citizens to participate in cultural and conomic life by coffering then an equal basic education.
3)      Survival. Permit every nation to transmit and enrich tis cultural heritage over the generation, but also guide education towards what has become a worldwide realizations of common destiny.